Thursday, July 31, 2008

Mau??? Ngenet Gratis + Dapat Duit...

Untuk netter yg sering online

Ada program = gogle-adsense …tetapi tidak perlu punya WEB..kita hanya perlu ditempeli 1/9 layar kita untuk iklan berjalan..( dibagian atas seperti banner ) tidak mengganggu aktivitas internetan kita….masih ada 8/9 layar untuk kita manfaatin ini…kita diberi poin..setiap 1000 point = 1$..kita ngenet dapat dolarnya berapapun waktu kita online iklan dan terus tanpa perlu..ngeklik..seperti di PTC ..simmak ket dibawah ini untuk join klik dibawah…semuanya gratis

Instal 1 menit dapatkan $$.tidak mengganggu browsing kita


It makes you money!
We'll pay you to view and explore ads displayed on the FiestaBar.
(Kami akan membayarmu, atas iklan-iklan yang tampil di FiestaBar)

Seperti Televisi Setiap orang yg memasang iklan di TV akan membayar jasa periklanan pada pihak TV. Sama dengan Cashfiesta, yang membayar jasa kepada kita, atas pemasangan iklan pada Layar Monitor kita (ketika kita connect di internet). Besarnya jasa pengiklanan itu dihitung dengan POINT yang langsung dapat kita monitor di FiestaBar…

Langkah-langkah untuk mendaftar :
DAFTAR
Harus punya account di Cashfiesta, cara nya gampang, tinggal KLIK DI SINI

http://www.cashfiesta.com/php/join.php?ref=entrepreneur


Pendaftaran Gratis (free),

DOWNLOAD FiestaBar
Setelah Kita terdaftar, Kita download FiestaBar,

FiestaBar adalah media yg digunakan Cashfiesta memasang iklan pada layar monitor kita, Bentuknya seperti Banner, jadi ketika menjalankan FiestaBar maka 1/8 layar monitor kita akan digunakan sebagai media iklan (sambil kita bisa tetap browsing internet dengan lancar)

INSTAL FiestaBar

It's not spyware: It can't monitor your online or offline activities.
It's not malware: It can't take control of or damage your computer.
It's not bundled with other software. All you get is the FiestaBar

Kita Instal FiestaBar pada Komputer kita, Nggak ada 1 menit sudah terinstal (tinggal klik next, next, next,… fisnish) Tip's buat pengguna Warnet….
Copy Instaler FiestaBar pada Flasdisk atau media lain, jd setiap anda ganti computer (di warnet) tinggal di install lagi aja….(nggak ada 1 menit)

Kita Jalankan FiestaBar
Masukkan user dan password nya

Bila sudah ada Banner di Layar monitor, berarti Cashfiesta sudah berjalan dan mulai menghasilkan Dollars,,,,

Bila sudah muncul Iklan, arahkan saja Pointer ke FiestaBoy (Animasi Anak Kecil) di bagian kiri FiestaBar (pada awalnya dia hanya duduk/tdr)

Saya baca di penjelasannya, bahwa :

1.000 Point = 1 $
1.000 Point = 2 $ (hari libur)

Gratis Internetan :
Setelah saya rata2,
Point yg kita dapat selama 1 jam = 500 point,
Jadi tiap 2 jam kita dapat 1000 Point
(1000 Point = 1 $)
1$ = Rp. 9.000,-
Biaya Internet per jam rata2 Rp. 3.000,- (6.000 untuk 2 Jam)
Pendapatan Kita 2 Jam = 9.000 – 6.000 = 3.000
So Kita GRATIS INTERNETAN plus DAPAT UANG

Point kita akan terus bertambah hanya bila FiestaBoy berjalan,

cc: Point tidak bertambah bila FiestaBoy duduk/tidur
Caranya kita tinggal arahkan Pointer ke FiestaBoy (dia akan berjalan kembali)

Point tidak bertambah bila Keluar Tulisan "CLICK HERE" /

Jangan tunggu lama-lama silahkan daftar disini

http://www.cashfiesta.com/php/join.php?ref=entrepreneur

Wednesday, July 30, 2008

GRAMEEN BANK 1

BANK KAUM MISKIN

Oleh : Muhammad Yunus

Peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2006

Bersama Alan Jolis



Belajar dari :

Kisah Muhammad Yunus dan Grameen Bank, dalam

Memerangi Kemiskinan


Tahun 1994 kami telah pulih sepenuhnya dari tantangan-tantangan awal dekade ini dan menikmati tahun pembukuan terbaik. Kami membubarkan konsorsium donor setahun sebelumnya dan beroperasi komersial sepenuhnya. Dua tahun kemudian, pada April 1996, kami memperpanjang pinjaman senilai AS$1 miliar untuk 1 juta dan 2 juta peminjam kami. Inilah saat-saat yang menggetarkan jiwa. Sebuah proyek yang dimulai dengan pinjaman spontan senilai AS$27 dari kantong saya sendiri kini telah mencapai miliaran dolar. Dua tahun berselang, kami memberi pinjaman AS$2 miliar. Grameen bertambah energinya.

Dan ketika mengunjungi desa-desa, saya lihat betapa banyaknya peminjam kami yang tidak hanya telah melewati garis kemiskinan, melainkan meninggalkannya jauh di belakang. Saya bertemu peminjam yang cicilan per minggunya (sekitar 2 persen dan total kredit yang diterimanya) lebih dan 500 taka (AS$12), dan mendengar cerita mereka bahwa 500 taka adalah nilai pinjaman pertamanya dan Grameen 10 tahun lalu. Berarti kapasitas mereka untuk meminjam, berinvestasi, dan membayar kembali telah melipat 50 kali dalam 10 tahun.

Sebuah kisah sukses yang indah datang dari Murshida Begum, yang ditampilkan dalam film dokumenter PBS mengenai kredit mikro berjudul “To Our Credit”. Meski bagi sebagian pihak cerita Murshida mungkin merupakan kekecualian, inilah sesungguhnya mikrokosmos dari apa yang terjadi di Grameen: bagaimana orang-orang bisa jauh lebih mudah mencapai potensi sepenuhnya setelah punya akses kredit.

*Konsorsium donor dibentuk untuk mengkoordinir hubungan kami dengan donor bilateral dan multilateral yang memberi kami hibah dan pinjaman berbunga rendah selama era 1980-an dan awal 1990-an.

Murshida lahir dalam keluarga miskin dengan 8 anak. Ayah dan kakeknya tidak memiliki sejengkal pun lahan pertanian. Dia menikah pada usia 15 tahun dengan pria dari desa tetangga yang bekerja sebagai buruh kasar di pabrik. Tahun-tahun pertama perkawinannya berjalan relatif baik, tetapi segalanya berubah pahit ketika Murshida mulai memiliki anak. Seraya pengeluaran keluarga meningkat, uang yang dibawa pulang suaminya kian lama kian berkurang. Akhirnya ketahuanlah bahwa suaminya penjudi kambuhan. Selama krisis pangan 1974, suaminya sebenarnya menerima bonus 1.800 taka dari perusahaan. Semuanya amblas di meja judi. Ketika Murshida mengeluhkan hal ini, suaminya menghajarnya.

Guna memperoleh tambahan uang, Murshida memintal kapas mentah menjadi benang. Dia bekerja dikontrak orang lain dengan upah yang sangat kecil, kadang tak lebih dan segenggam beras menir. Sungguh pun begitu, bekerja mencegahnya dari kelaparan. Dia pertimbangkan pilihan-pilihan lainnya: bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga kaya atau mengemis. Tetapi apa yang akan terjadi dengan anak-anaknya?

Suatu hari suami Murshida pulang ke rumah setelah seminggu menghilang dan mengomel karena tidak ada makanan yang cukup buatnya. Murshida telah menyiapkan masakan sederhana dan belum makan sepanjang hari. Suaminya marah dan memukulinya, kemudian pergi sambil berkata dia akan kembali lagi pagi hari. Hari itu ada hujan badai dan karena suaminya telah menjual atap rumah mereka untuk membayar utang judi, Murshida dan tiga anaknya basah kuyup. Saat itulah Murshida memutuskan keadaan harus berubah. Ketika suaminya kembali tengah malam, Murshida menghadangnya.

“Kau hanya membawa sedikit beras menir untuk si upik,” Seingatnya ia berkata demikian, “tapi tidak ada untukku. Padahal tiap orang di desa bilang kau dapat banyak uang.” Suaminya naik pitam dan menghajarnya. Lalu menceraikannya saat itu juga dan mengusirnya keluar rumah.

“Bagaimana dengan anak-anak?” tanya Murshida.

“Kau bisa lemparkan mereka ke sungai dan biarkan hanyut, emang gue pikirin,” jawabnya.

Murshida mengirim pesan ke saudara laki-laki yang menawarinya tempat tinggal. Setelah pindah, Murshida mendapat lebih banyak kontrak pemintalan. Ia mendengar tentang Grameen Bank saat pegawai kami datang ke desanya. Awalnya, tokoh-tokoh desa menentang Grameen dan mencoba menghalangi pembukaan sentra-sentra. Seorang pegawai Grameen menolak Murshida bergabung, dipikirnya dia akan pindah kembali ke desa suaminya. Tetapi Murshida mencegat pegawai bank lainnya di jalan desa dan memohon agar diberi uang. “Saya bilang padanya kalau perlu saya akan berenang menyeberangi sungai untuk menghadiri pertemuan Grameen. Saya katakan padanya bahwa saya ingin mengikutinya kemana pun dia pergi untuk membentuk kelompok, sehingga saya bisa bergabung. Saya katakan dia harus memberi saya uang, jika tidak saya tidak akan mampu bertahan menghidupi anak-anak saya. Dia bilang saya tidak bisa membentuk kelompok saat itu juga, tetapi dia akan datang ke rumah saya dan membentuk kelompok beberapa hari mendatang. Dan dia benar-benar datang!”

Awalnya Murshida meminjam 1.000 taka untuk membeli seekor kambing dan pinjamannya terbayar kembali dan laba penjualan susunya dalam 6 bulan. Dia hidup dengan seorang anak, seekor kambing, dan tanpa utang. Tersemangati oleh keberhasilannya, Murshida meminjam lagi 2.000 taka untuk membeli kapas mentah dan sebuah alat pintal, dan mulai membuat selendang. Dia kini menjual selendangnya secara grosiran seharga 100 taka dengan rumbai-rumbai dan 50 taka tanpa rumbai-rumbai. Bisnis Murshida berkembang pesat sehingga selama musim ramai dia bisa mempekerjakan sampai sebanyak 25 perempuan di desanya untuk membuat selendang. Selain itu dia membeli tanah 0,4 ha dari laba yang diperolehnya, membangun rumah dengan KPR Grameen Bank, dan mengajak saudara-saudaranya ikut berdagang kain sari dan kapas mentah. Murshida juga tampil sebagai pemimpin sentranya. Dia terpilih sebagai ketua sentra beberapa kali.

_______

Sebuah proyek yang dimulai dengan pinjaman spontan senilai AS$27

dari kantong saya sendiri kini telah mencapai miliaran dolar.

Dua tahun berselang, kami memberi pinjaman AS$2 miliar.

Grameen bertambah energinya.

_______

“Saya bilang padanya kalau perlu saya akan berenang menyeberangi sungai

untuk menghadiri pertemuan Grameen.

Saya katakan padanya bahwa saya ingin mengikutinya kemana pun dia pergi

untuk membentuk kelompok, sehingga saya bisa bergabung.”

_______

Sebuah kisah sukses yang indah datang dari Murshida Begum,

yang ditampilkan dalam film dokumenter PBS mengenai kredit mikro berjudul

“To Our Credit”.

Meski bagi sebagian pihak cerita Murshida mungkin merupakan

Kekecualian.

Inilah sesungguhnya mikrokosmos dari apa yang terjadi di Grameen:

bagaimana orang-orang bisa jauh lebih mudah mencapai

potensi sepenuhnya setelah punya akses kredit.

_______

Percaya pada Kemampuan Diri Sendiri

"Jika ada keyakinan yang dapat menggerakkan gunung, itu adalah keyakinan
dalam diri Anda"
-- Marie von Ebner-Eschenbach, penulis, 1830-1916 --

SEWAKTU masih kecil, mungkin Anda pernah mendengar kisah adaptasi yang
berjudul 'The Little Engine That Could'? Buku itu bercerita tentang
kereta api yang bergerak menuju bukit dengan perlahan dan
tersendat-sendat. Lokomotifnya berkata pada diri sendiri, "Aku bisa, aku
bisa, aku bisa." Kereta pun terus bergerak naik perlahan hingga tiba di
atas bukit dengan selamat.

Pelajaran sederhana yang dapat diberikan dalam cerita tersebut ialah:
percayalah pada kemampuan diri sendiri. Jika seandainya lokomotif itu
tidak percaya akan kemampuannya tiba di atas bukit, bisa jadi kisah
dalam buku itu berakhir dengan menyedihkan.

Bukan hanya lokomotif itu saja yang dapat mengatakan, "Aku bisa, aku
bisa, aku bisa", tetapi Anda pun dapat melakukan hal yang sama. William
Arthur Ward, seorang penulis kondang asal Amerika mengatakan, "Saya
adalah pemenang karena saya berpikir seperti pemenang, bersiap jadi
pemenang, dan bekerja serupa pemenang." Ward betul, jika Anda berpikir
menjadi seorang pemenang, maka memang benar Anda seorang pemenang.

Kisah heroik sang lokomotif itu dalam dunia nyata dibuktikan sendiri
oleh Hendrawan, atlet bulutangkis Indonesia. Tahun 1997, Hendrawan
dinyatakan sudah habis oleh PBSI. Karena faktor usia dan prestasinya
yang terus menurun, PBSI bermaksud mengeluarkan Hendrawan dari Tim
Pelatnas. Tapi Hendrawan punya keyakinan sendiri, bahwa ia percaya akan
kemampuannya dan belumlah habis. Hendrawan masih percaya bahwa ia dapat
meraih prestasi yang lebih baik lagi. Dengan keyakinan dan kepercayaan
diri yang tinggi, dan tentu saja diiringi oleh kerja keras yang tidak
mengenal lelah, Hendrawan menunjukkan kepada dunia bahwa ia memang mampu
meraih prestasi yang luar biasa.

Hendrawan pun membuktikan kemampuannya setelah sempat dinyatakan sudah
habis. Tahun 1998, Hendrawan menjadi penentu kemenangan Tim Thomas
Indonesia. Pada tahun itu juga ia menjuarai Singapura Terbuka. Kemudian
di tahun 2000, Hendrawan kembali menjadi penentu kemenangan Tim Thomas
Indonesia. Di tahun itu pula ia mengukir namanya dengan meraih medali
perak dalam Olimpiade Sydney. Masih di tahun yang sama, ia menjadi
runner up Jepang Terbuka. Dan pada tahun 2001, ia menjadi Juara Dunia
Tunggal Putra, sebuah gelar yang menjadi idaman pebulutangkis manapun di
dunia. Dan pada tahun 2002, ia kembali membawa Indonesia mempertahankan
Piala Thomas ke Tanah Air.

Percaya akan kemampuan diri sendiri tak harus ditunjukkan oleh mereka
yang berprofesi sebagai atlet, yang bekerja di kantoran, yang mempunyai
stamina fisik yang prima, atau mereka yang masih muda dan memiliki
semangat menggebu-gebu. Percaya pada diri sendiri, percaya akan
kemampuannya, dapat ditunjukkan oleh siapa pun. Tanpa mengenal umur,
pekerjaan, status, dan jenis kelamin sekalipun.

Generasi sekarang mungkin hanya mengenal nama Mak Erot. Seorang tokoh
pengobatan legendaris khusus laki-laki yang kini telah tiada. Nama lain
yang tak kalah kesohornya yang hampir mirip adalah Mak Eroh. Generasi
sekarang mungkin tak mengenal nama ini. Tahun 1988, nama Mak Eroh sempat
menyedot publik nasional. Saat itu, semua orang ramai
memperbincangkannya . Mak Eroh, waktu itu berumur 50 tahun, perempuan
dari Kampung Pasirkadu, Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong,
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat memang telah mengukir prestasi besar.

Apa yang membuat nama Mak Eroh melambung? Mak Eroh, bergelantungan
seorang diri di lereng yang tegak di tebing cadas, di lereng timur laut
Gunung Galunggung. Mak Eroh berhasil berjuang sendirian membuat saluran
air sepanjang 47 hari. Ketika pertama kali Mak Eroh melakukannya, banyak
masyarakat sekitar yang mencibir tindakannya. Tapi hal itu tidak
menyurutkan langkahnya untuk terus bekerja. Mak Eroh percaya akan
kemampuan dirinya, walau saat itu usianya boleh dibilang tidak muda
lagi. Seorang wanita yang mustinya menikmati hari tuanya dengan menimang
atau bermain dengan cucunya.

Mak Eroh yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas III SD dan memiliki
tiga orang anak, dalam aksinya menggunakan tali areuy, tali sejenis
rotan sebagai penahan ketika bergelantungan. Sedangkan alat yang dipakai
untuk 'mengebor' tebing cadas hanyalah cangkul dan balincong, sejenis
linggis pendek.

Saluran untuk mengalirkan air dari Sungai Cilutung akhirnya berhasil
diselesaikan. Berhentikah tindakan Mak Eroh mengebor tebing cadas?
Belum. Dengan semangat yang tak kenal menyerah, Mak Eroh melanjutkan
membuat saluran air berikutnya sepanjang 4,5 kilometer mengitari 8 bukit
dengan kemiringan 60-90 derajat. Bukan main! Pengerjaannya kali ini
dibantu oleh warga desa yang mau membantunya, setelah melihat dengan
mata kepala sendiri hasil yang telah dilakukan Mak Eroh. Dalam waktu 2,5
tahun, pekerjaan lanjutan itu terselesaikan dengan baik. Hasilnya? Bukan
hanya lahan pertanian sawah Desa Santana Mekar yang terairi sepanjang
tahun. Tapi juga dua desa tetangga yang ikut menikmati kucuran air hasil
kerja keras Mak Eroh setelah warganya membuat saluran penerus, yaitu
Desa Indrajaya dan Sukaratu.

Aksi Mak Eroh akhirnya sampai juga ketelinga Presiden Suharto. Atas
aksinya yang tergolong berani dan memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat sekitar, Mak Eroh mendapat penghargaan Upakarti Lingkungan
Hidup pada tahun 1988. Setahun kemudian, dia juga meraih penghargaan
lingkungan dari PBB.

Dua kisah di atas memberikan hikmah bahwa sebenarnya kita memiliki
kepercayaan diri yang tinggi atas kemampuan yang kita miliki. Seperti
yang dikatakan oleh Mary Kay Ash, pengusaha kosmetik sukses asal
Amerika, "Anda bisa melakukannya jika Anda berpikir demikian, dan jika
Anda kira tidak dapat melakukannya, Anda benar." Percayalah akan
kemampuan diri sendiri. Jadilah lokomotif, dan teruslah bergerak untuk
maju. (210708)

Sumber: Percaya Pada Kemampuan Diri Sendiri oleh Sonny Wibisono,
penulis, tinggal di Jakarta

Workshop Entrepreneurship 4

Setelah sukses melahirkan entrepreneur- entrepreneur baru pada angkatan sebelumnya, Ganesha Entrepreneur Institute (GEI), didukung oleh Ganesha Entrepreneur Club (GEC), membuka kelas WORKSHOP ENTREPRENEURSHIP (WE) untuk angkatan ke-4 dengan 7 kali pertemuan (4 pertemuan di dalam kelas dan 3 pertemuan di luar kelas).

Kenapa Wirausaha? Saat ini masyarakat membutuhkan banyak entrepreneur yang akan memberikan perbaikan kepada masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan baru.

Di workshop entrepreneur ini, anda akan dilatih langsung oleh trainer dari kalangan pelaku bisnis. Anda akan dilatih bagaimana memulai usaha dari nol sampai berhasil, menggunakan komposisi 60% praktek dan 40% teori. Menggunakan komposisi tersebut, para peserta akan menjadi lebih aktif dalam proses belajar. Dengan demikian, target kami bahwa anda akan menjadi owner dari perusahaan anda sendiri, akan tercapai.

Pelatihan-pelatihan di workshop ini antara lain:
Motivasi Berwirausaha, real business game (new), cashflow game (new), kunjungan bisnis, selling & negotiation skill, handling customer objection,dll.

"Bekerja bukan pilihan, Berani jadi Wirausaha??"

Biaya :
1. Umum Rp 790.000
2. Alumni ITB Rp 745.000
3. Mahasiswa/pelajar Rp 495.000


NB : Peserta workshop ini terbatas hanya untuk 20 orang
DP minimal sebesar 250.000

Pendaftaran paling lambat 1 Agustus 2008 di:
Jl.Cimanuk no.5A Bandung (Sekre IA ITB Jabar)
Telp/fax : 022 420 2482/022 421 2482

Cp : Agung (0812 1470 958 ; agung@ganeshabizniz .com)
Damar (0856 20 333 02/(022) 92050802 ; b19_54n@yahoo. com )


Beberapa Testimonial Peserta GEI angkatan sebelumnya:

Trifandi Lasalewo (S2 T. Industri ITB)
“…banyak ide-ide segar dan kreatif yang selama ini belum berpikir sebelumnya. Insya Allah saya akan membuka usaha travel sesudah ini.”

Arsandi Akhmad (T.Elektro ITB)

“…ilmunya applicable dan diberi gambaran yang jelas tentang bisnis mulai dari awal sampai deal.” (saat ini merintis bisnis di bidang hortikultura)

Alfaris Gifari (T.Mesin 2004)
Banyak mendapat ilmu-ilmu wirausaha. Teman-teman yang oke dan seru-seru. (membuka drafting school di bandung)

Wulan (Sastra Inggris UPI)
“Seru, numbuhin ‘nyali’ buat bikin usaha” (membuka kursus bahasa inggris di cirebon)


David (Geodesi ITB)
" 2 ilmu dari WORKSHOP ENTREPRENEURSHIP yg memberikan saya keberanian untuk membuka D n' D Property Consultant" adalah kemampuan memberdayakan komunitas dan kemampuan menjual (selling skill)"

Supported by:

1 IA-ITB Jabar

2.Ganesha Entrepreneur Club

3.GO SRI

4.3M Car Care Station

5.Ganesha Art & Techno Gallery

6.Ganesha Multi Media

7.Breakthru Multimedia

8.Agribisnis Ganesha

9. Grand Permata Industrial Services

10. PWR Water Management Specialist

11.Skyart Souvenir & Design

12.Great Ganesha Environmental Services

Tuesday, July 29, 2008

Bisnis itu Permainan, Bukan Ilmu Ilmu Pengetahuan

Selama kita merasa belum familiar dan takut memulai bisnis, biasanya yang timbul di pikiran kita adalah: “belajar!”. Pilihannya mungkin dengan jalan mengambil program S2 dan jadi seorang MBA, atau ikut sebanyak-banyaknya seminar dan pelatihan, atau bisa juga dengan berguru dan mengabdi pada seorang begawan bisnis.

Kira-kira, sudah selaraskah alur pemikiran yang sedemikian dengan apa yang terjadi pada kenyataannya? Mari kita telaah.

Kebanyakan dari kita berbisnis karena ingin sukses, lalu menjadi kaya raya. Kita membayangkan, betapa enak dan hebatnya bila kita dapat sesukses dan sekaya Bill Gates atau Donald Trump. Menurut pandangan masyarakat pada umumnya, mereka itulah orang-orang sukses yang sebenar-benarnya. Merekalah sosok-sosok pebisnis yang prestasinya membuat banyak orang terobsesi.

Maka tidak heran jika para pakar pun berusaha menyadap dan mempelajari segala hal yang ada pada orang-orang sukses itu, dengan harapan dapat mentransfer nilai-nilai kesuksesannya kepada orang-orang lain yang juga ingin menjadi figur sukses. Mereka berpendapat bahwa: “Leaders are made, not born”.

Selanjutnya, segala sepak terjang yang dilakukan oleh para pebisnis tersebut, dikumpulkan, dipilah-pilah, lalu dianalisis. Dari analisis itu dibuat teori-teori. Hasilnya, muncullah berbagai teori kesuksesan yang terkemas dalam materi-materi “ilmu bisnis”, wacana profesionalisme, ilmu kepemimpinan (leadership) , dan lain sebagainya.

Orang-orang awam memang ingin sekali menemukan cara-cara yang bisa membantu mereka untuk secara cepat mencapai kesuksesan. Semacam rel kereta yang tinggal diikuti saja akan mengantar orang tiba di gerbang kejayaan.

Namun demikian, apa benar kalau kita ingin menjadi figur sukses -- lebih spesifiknya pebisnis sukses -- harus menempuh perjalanan yang sarat dengan teori-teori kesuksesan seperti itu?

Dari berbagai catatan yang ada, tampaknya tidak demikian. Banyak sepak-terjang yang dilakukan oleh para pemimpin bisnis dunia tidak mencerminkan bahwa kesuksesan mereka disebabkan pembelajaran yang sungguh-sungguh dalam ilmu bisnis, profesionalisme dan teori kepemimpinan. Tidak juga pengetahuan ekonomi, teori-teori tentang kebebasan finansial, ilmu marketing dan lain sebagainya. Pun, tidak karena mereka rajin mengikuti seminar kesuksesan atau lokakarya tentang strategi bisnis.

Di lain pihak, banyak pemimpin bisnis ternyata merupakan orang-orang yang justru tidak suka belajar, malas sekolah, dan hanya ingin bermain-main saja. Boro-boro ikut seminar atau lokakarya. Lho kok bisa?

Ada beberapa contoh kasus. Yang pertama, Thomas Alva Edison. Nama ini sudah kita tahu sejak di bangku SD bukan? Namun, tentunya kita kenal Edison lebih sebagai tokoh ilmu pengetahuan, karena sekolah memfokuskan ajaran hanya pada penemuan atas lampu pijar dan berbagai temuan teknis lain yang dilakukannya.

Maka jarang kita memperhatikan bahwa sesungguhnya Thomas Alva Edison adalah juga seorang pengusaha besar yang sukses. Ia adalah pemilik dan pendiri berbagai perusahaan dengan nama-nama seperti Lansden Co. (mobil/otomotif) , Battery Supplies Co. (baterai), Edison Manufacturing Co. (baterai dsb), Edison Portland Cement Co. (semen dan beton), North Jersey Paint Co. (cat), Edison General Electric Co. (alat listrik dll), dan banyak lainnya. Salah satu yang masih berjaya sampai sekarang adalah General Electric.

Apakah untuk mencapai itu semua Edison harus bersusah-payah mengikuti berbagai sekolah dan pendidikan tinggi? Atau mengikuti seminar kelas dunia yang diselenggarakan oleh para pakar kesuksesan, pakar bisnis atau pakar financial freedom? Ternyata tidak. Figur Edison adalah figur pemalas yang hanya tahan 3 minggu bersekolah. Ia lebih suka bermain-main dengan perkakas, dengan kawat dan dengan listrik. Itu kesenangannya dan dengan itu ia sukses.

Contoh lain adalah Kenji Eno. Ia juga tidak suka sekolah. Ia cuma suka bermain-main dengan permainan, istimewanya dengan video games. Kelas 2 SMA berhenti sekolah terus nganggur. Lalu dapat kerja di perusahaan perangkat lunak, sampai akhirnya ia berhasil mendirikan perusahaan perangkat lunaknya sendiri yang dinamakan WARP. Dalam tempo beberapa tahun saja Kenji Eno mampu membawa perusahaannya menjadi perusahaan video games terhebat di dunia yang diakui oleh tokoh-tokoh industri.

Fenomena-fenomena yang dibuat oleh orang-orang semacam Edison dan Kenji Eno ini memberi kesan kepada kita semua bahwa bisnis itu sebenarnya lebih dekat kepada sebuah permainan, dan terlalu jauh untuk diperlakukan sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Gede Prama yang dikenal sebagai pakar manajemen (bahkan dijuluki Stephen Covey Indonesia), mengomentari fenomena Kenji Eno sebagai kesuksesan dari kebebasan berfikir yang mampu melompat, karena belum terkena polusi-polusi yang dibuat sekolah.

Menurut saya, adalah keliru mempelajari fenomena pemimpin, untuk menciptakan pemimpin. Demikian juga, keliru mempelajari fenomena pebisnis sukses, untuk mencetak pebisnis sukses. Sebab, fenomena pemimpin (atau pebisnis) adalah fenomena manusia, yang tidak sama dengan fenomena alam. Kalau Isaac Newton mempelajari peristiwa jatuhnya buah apel ke tanah (fenomena alam) dan kemudian menemukan hukum gavitasi, maka itu oke-oke saja. Karena fenomena alam tidak berubah, hukum gravitasi pun akan tetap abadi.

Akan tetapi, mempelajari fenomena manusia pasti akan menimbulkan frustrasi. Sebab, manusia merupakan mesin perubahan, sehingga tidak akan ada fenomena manusia yang tinggal tetap abadi sepanjang masa, berlawanan dengan yang kita lihat pada peristiwa jatuhnya buah apel.
Pemimpin, dalam bidang apa pun termasuk bisnis, adalah sosok manusia yang bebas, yang bertindak semaunya tanpa memperhatikan teori mau pun kaidah, sehingga nyaris percuma kalau kita ingin mempelajari dan mengikuti jejak sepak terjangnya.

Coba lihat, pada saat terjadinya resesi ekonomi dunia tahun 1929, semua orang berdasarkan teori-teori yang ada, berusaha untuk berlaku sehemat mungkin. Tapi sebaliknya, Matsushita si raja elektrik dari Jepang malah royal mengeluarkan uang. Seakan uang itu tidak lebih dari mainan saja layaknya. Meski pun bukan tanpa alasan dia berlaku demikian.

Lihat juga Kim Woo Chong, pendiri imperium Daewoo. Ketika semua pengusaha (juga dengan teori-teori yang ada) berkonsentrasi memasuki pasar negara-negara kaya semacam Amerika dan Eropa, ia malah dengan santainya masuk ke pasar-pasar “keras” seperti Iran, Sudan dan Rusia serta negara-negara blok timur.

“Kesia-siaan” mempelajari dan berusaha mengikuti sepak terjang para pemimpin bisnis bisa dirasakan secara langsung di lapangan. Saat pertama kali Harvard Business Review mempublikasikan konsep pemasaran yang beken dengan “Marketing Mix” 4P (product, price, place dan promotion), nyaris semua pengusaha serta pakar bisnis menganut konsep ini secara fanatik. Begitu juga dengan perguruan-perguruan tinggi dan sekolah manajemen.

Tapi, tidak terlalu lama, sebagai akibat “ulah” para pemimpin bisnis yang gemar bermain-main, perubahan tren perekonomian dan industri memaksa para pakar dan pembelajar merubah lagi konsepnya dengan 6P, 8P bahkan yang terakhir disebutkan sebagai 12P.

Terus bagaimana? Kalau kita harus bersiaga setiap saat untuk belajar dan tidak ketinggalan zaman dengan ilmu marketing, kapan kita berbisnis?

Saya rasa kita semua banyak yang terjebak dan hanyut dalam “arus ilmu pengetahuan” yang dibuat oleh mereka yang “pakar ilmu pengetahuan”, sehingga kita tidak sempat lagi berinovasi yang justru merupakan kunci sukses bisnis. Kita malah terus menerus “dipaksa” mengejar ketinggalan ilmu pengetahuan tanpa tahu di mana ujung pangkalnya.

Pertanyaannya: ”Sebenarnya kita mau jadi pebisnis atau mau jadi ilmuwan sih?”

Saya sendiri yakin bahwa bisnis dan kesuksesan itu adalah semacam permainan saja. Seperti apa yang dikatakan oleh William Cohen dalam tulisannya “The Art Of The Leader” : “Success is acquired by playing hard, not by working hard..”.

Mengacu pada obsesi banyak orang tentang Bill Gates dan Donald Trump sebagaimana disebut di atas, perlu diketahui bahwa kedua orang tokoh ini pun mencapai sukses dari kesenangannya bermain-main.

Bill Gates sejak masih berusia 13 tahun sudah bermain-main dengan perangkat lunak komputer, dan dengan itu ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Donald Trump juga sejak kecil selalu bermain-main ke kantor ayahnya, Fred Trump. Dia suka sekali melihat-lihat maket gedung dan pencakar langit, sebelum tertarik dengan bidang bisnis sang ayah, yaitu properti. Dan jadilah Donald Trump seorang Raja Properti.

Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah, orang yang mempelajari ilmu kepemimpinan tidak akan menjadi pemimpin. Tapi, orang yang mencoba menjadi pemimpin, akan menjadi pemimpin. Demikian juga, orang yang mempelajari ilmu bisnis, tidak akan menjadi pebisnis. Tapi, orang yang mencoba menjadi pebisnis, akan menjadi pebisnis.



Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan
E-mail: rusman@gacerindo. com
Web: http://www.gacerind o.com
Blog: http://rusmanhakim. blogspot. com
Mobile: +62 21 816.144.2792

8 Cara Bisnis Tanpa Uang Tunai

Ingin memulai usaha tapi tidak punya modal ? Karyawan yang ingin punya usaha tapi bermasalah dengan modal ?

Tidak usah Khawatir temukan jawabannya di Seminar 8 Cara Bisnis Tanpa Uang Tunai, bersama Valentino Dinsi Penulis buku best seller "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian"

Pada

Hari : Sabtu 2 Agustus 2008

Jam : 09.00 - 13.00
Tempat : Gedung BPPT Ruang Komisi Utama Lt. 3
Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta Pusat

Investasi : Rp. 75.000,-

Makan siang dan gift menarik serta berhak mengikuti
Seminar Bulanan Gratis bersama tokoh entrepreneur Indonesia.


Informasi dan pendaftaran di 021-94021645, 085285059247, telp/fax: 0218706396 sms ke 085285059247 email:training.letsgo. indonesia@ gmail.com
Tempat terbatas! silahkan trnsfer ke BCA a/n, Muhidin No Rek : 4361346691 Kemudian sms ke 085285059247 untuk konfirmasi

Money is Important, but Not Everything

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.

Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama. "Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya. Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya.

"Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,-, kalau setengah jam Rp 20.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew.

Tetapi Sarah tidak beranjak.
Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya,

"Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."

Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata,

"Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa, Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau bayar setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Aku buka tabungan hanya ada Rp.15.000,- jadinya kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.

"Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya"

...Nice story...money is important but certainly not everything.. .


Template by : Kendhin x-template.blogspot.com